Selamat (kan) Hari Pendidikan Nasional

Senin, 03 Mei 2010

Judul diatas memiliki dua makna. Pertama, Selamat Hari Pendidikan Nasional. Itu berarti kita mesti mengingat kembali Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei. Kebetulan hari ini, Ahad (2/5) adalah hari yang dimaksud.

Makna yang kedua adalah Selamat (kan) Hari Pendidikan Nasional. Itu artinya, di peringatan Hari Pendidikan Nasional ini wajah pendidikan kita tercoreng dengan banyak nya siswa yang memberontak, pasca pengumuman kelulusan awal pekan lalu. Apalagi tentang kebijakan standarisasi Ujian Nasional (UN) ini. Menteri Pendidikan pun mengeluhkan demikan. Tingkat kelulusan SLTA saat ini, sangat menurun drastis.

Kekecewaan dimana-mana. Bahkan, ada satu sekolah nggak lulus gara-gara kebijakan UN ini. Kita mesti selamatkan dunia pendidikan ini. Gimana pendapat sobat Xpresi tentang hal ini? kita dengar yuk.. komentar temen-temen kita tentang peringatan Hardiknas ini.

“Jujur, sebagai warga Indonesia yang baik, aku sangat kecewa dengan peristiwa ini. Aku lihat situasi semakin memburuk saja. Tahun lalu aja nggak separah ini. Malu kita sama negara tetangga. Sampai dunia pendidikan pun carut marut. Cukup politik saja lah yang gonjang ganjing” kata Tari, Siswi SMA Handayani ini agak kesal.

Tari bilang, lagi-lagi pemerintah mendapat hadiah dari kebijakan nya sendiri. Disaat semua masyarakat memperingati Hardiknas. Saat itu pula bebatuan melayang untuk sekolah mereka. Ada yang menghujat guru. Ada juga yang menghancurkan sekolah nya sendiri. Seperti yang ditayangkan di televisi. Sadis lah pokoknya” tambah Tari lagi prihatin.

“Itu juga akibat kurang nya kontrol dari pemerintah. Pemerintah kurang memikirkan efek yang ditimbulkan dari kebijakan yang telah dikeluarkan nya,” lanjut Tari.

“Aku Setuju dengan pendapat Tari” timpal Stevy. Menurut Siswi Kelas X SMA Tribakti ini,semua itu bermula dari Pemerintah juga.

Kalau bukan Pemerintah yang memulainya. Nggak mungkin lah terjadi seperti ini.
“Waktu aku SD, nggak serumit ini kejadiannya. Karena, dulu tidak ada standarisasi kelulusan UN 5,5 itu. Jadi, nggak kelihatan ribut nya. Yang pinter jadi pinter.. Yang kurang mampu pun otak nya. Harus lulus dengan nilai yang pas-pasan. Lha sekarang? Beda ba-nget” kata Stevi lagi.

“Gara-gara UN, banyak siswa yang bikin kecurangan. Semakin ditekan, Semakin banyak cara untuk meluluskan diri dengan cara yang nggak benar. Bahkan, kasihan juga sama yang pintar beneran,” Ketika aku lihat di TV,  siswa yang kesehariaannya malas, bisa lulus. Malah yang rajin yang nggak lulus, duh gimana ini,” keluh Stefy.

Mereka berdua sepakat mendingan kebijakan ini mesti di kaji ulang. Apalagi standaritas itu mencapai rata-rata  5,5. “Memang sih, maksud pemerintah itu baik. Untuk menyamaratakan taraf pendidikan di Indonesia. Hanya saja, Kebijakan ini perlu evaluasi dengan diawasi secara terus-menerus. Kami berdua menyarankan agar kebijakan ini dikaji ulang,” kata mereka serempak.

“Duh.. nggak boleh gitu lah” sela Nanda. Siswi SMPN 7 Pekanbaru ini juga memiliki penilaian tersendiri dengan standaritas UN ini. “Menurutku, standar itu sangat bagus. Karena, dengan standar ini siswa bisa terpacu untuk mencapai target 5,5 itu. Lha.. kalau dihapuskan lagi. Berarti Pemerintah nggak konsisten dong!,” bantah Nanda.

Nanda menyebutkan kebijakan ini sudah berjalan selama beberapa tahun. Banyak efek positif dan memang ada efek negatif nya. “Walaupun aku masih SMP, tapi.. aku nilai hal ini sangat bagus. Karena, dengan kebijakan ini para bisa siswa terpacu untuk belajar lebih giat lagi. Terlepas dari kecurangan apa yang dilakukannya,” kata Nanda.

Hanya saja, lanjut Nanda. “Ketika ada tindakan brutal di Sekolah. Maka, pihak sekolah yang mesti bertindak tegas. Jika dibiarkan, pantas lah sekolah itu dihancurkan. Menurutku. Jika ada sekolah yang di uber-uber sekolah nya. Berarti sekolah itu yang gagal mendidik siswa nya,” kata Nanda.

“Sekarang kan zaman demokrasi. Orang memang bebas menyatakan pendapat. Jadi, menurutku. Ketika pemerintah menghapuskan kebijakan ini. Aku rasa. Pemerintah itu akan terlihat plin-plan. Kalau keputusan sudah dikeluarkan, seharusnya mereka juga bisa menjalankan. Mengenai kerusuhan yang terjadi pasca pengumunan UN. Aku rasa itu hanya aksi emosi sesaat saja” sela Aidha. Siswi SMAN 6 Pekanbaru.

“Yang mesti ditanya itu bukan Pemerintah. Tapi, tanya sekolah itu sendiri. Kok bisa siswa nya berbuat begitu. Sekali lagi aku tegas kan. Pemerintah itu tidak salah mengeluarkan kebijakan standaritas nilai UN ini. Sekarang yang dituntut itu adalah ketegasan dari sekolah masing-masing. Bisa nggak sekolah itu mendidik siswa nya sendiri. Percuma dong ada otonomi khusus sekolah” tegas Aidha.

Anyway.. Apa pun respon dari keempat responden xpresi ini. Kita berharap untuk semua pihak yang terkait. Agar saling menjaga nama baik bangsa. Malu rasa nya, disaat peringatan Hardiknas ini wajah pendidikan kita malah carut marut.

Diakhir obrolan, ketiga siswi ini mengucapkan. “Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional 2010. dan selamat kan juga pendidikan kita dari kehancuran. Save our Education! denga jujur dalam bertindak,” ungkap mereka serempak. Source:xpresiriau.com

0 komentar: